Oleh: KH Abdullah Gymnastiar
SAUDARAKU, Allah SWT memberikan segala
sesuatu secara tepat kepada kita. Termasuk ketika Dia memberikan kita persoalan
atau masalah, selalu hadir lengkap dengan jalan keluarnya. Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah saw bersabda,
“Tidak akan berhenti ujian kesusahan dan penderitaan terhadap seorang Mukmin
dan Mukminat, baik yang menimpa dirinya sendiri, anak-anaknya, maupun hartanya,
sehingga ia menemui Allah, meninggal dunia dalam keadaan tidak membawa satu
dosa pun.” (HR. Tirmidzi).
Demikianlah hikmah datangnya ujian dan kesulitan yang menimpa kita. Adakalanya manusia diuji oleh Allah SWT secara terus-menerus atau bertubi-tubi. Hal itu tiada lain adalah akan mengurangi dosa-dosanya. Adapun makna dari hadis tersebut adalah ketika seseorang ditimpa ujian demi ujian hingga tiba waktunya ia meninggal dunia, maka ketika itu ia meninggalkan dunia dalam keadaan bersih dari noda-noda dosa.
Illustrasi |
Jangan salah sangka atau berprasangka buruk ketika
kesulitan hidup atau ujian datang menimpa kita. Kita menilai bahwa ujian itu
adalah kepahitan, karena kita menggunakan hawa nafsu saat menilainya. Ingatkah
kita pada kisah seorang laki-laki yang telah berbuat zina di zaman Rasulullah
saw?
Laki-laki itu datang menghadap kepada Rasulullah saw
menyampaikan perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Laki-laki itu mengakui
kesalahannya dan meminta kepada Rasulullah saw agar dihukum sesuai dengan hukum
Islam, yaitu hukuman rajam. Laki-laki itu benar-benar meminta agar Rasulullah
saw menunaikan hukuman itu terhadapnya.
Mengapa laki-laki ini sedemikian memintanya kepada
Rasulullah saw? Hal itu ia lakukan karena ia tahu bahwa itulah hukuman yang bisa
menebus dosa yang telah dilakukannya, sehingga ia terbebas dari hukuman
berkepanjangan di akhirat. Ini adalah bentuk pertobatan laki-laki tersebut
kepada Allah SWT. Seandainya tobatnya itu dibagikan kepada seantero penduduk
Kota Madinah, maka akan masih banyak tersisa melampaui seluruh penduduk yang
ada.
Mengapa laki-laki ini sedemikian siap menghadapi hukuman
tersebut? Tiada lain adalah karena ia lebih mementingkan kehidupan akhirat
daripada kehidupan dunia. Ia lebih mengutamakan keselamatan di akhirat
ketimbang keselamatan di dunia. Karena setiap orang yang menjadikan dunia
sebagai tujuannya, ia akan berat menjalani kehidupan ini. Sedangkan orang yang
tujuannya adalah akhirat, insya Allahkehidupan dunia ini akan terasa mudah dan
ringan.
Allah SWT Mahatepat Tindakan-Nya. Termasuk ketika ujian
Dia turunkan kepada manusia. Ujian diturunkan-Nya secara tepat. Bahkan, ujian
itu Allah turunkan kepada hamba-Nya dengan tujuan untuk meninggikan derajatnya.
Ada suatu derajat yang tidak bisa digapai oleh manusia kecuali dengan ujian
dari Allah SWT.
Dalam satu hadits, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya
seseorang yang akan diberi kedudukan tinggi di sisi Allah, sedangkan ia tidak
dapat mencapai kedudukan itu dengan amalnya, maka Allah akan terus menerus
mengujinya dengan kesusahan dan kesulitan yang tidak disukainya. Sehingga ia
dapat menggapai kedudukan tersebut.” (HR. Abu Ya’la).
Betapa Allah SWT sayang kepada kita. Allah bermaksud
mengembalikan kita kepada-Nya dalam keadaan bersih dari noda dosa dan derajat
atau kedudukan yang tinggi. Ketika ada seorang hamba yang derajat di
hadapan-Nya biasa-biasa saja, maka ia akan dipacu agar menggapai derajat yang
lebih baik lagi dengan cara diberikan ujian. Ujian-ujian itu berbagai macam
bentuknya. Misalnya tiba-tiba dibenci, dicaci, dimaki dan dijauhi oleh orang
lain.
Orang yang akan meraih kedudukan atau derajat yang lebih
tinggi saat ditimpa ujian memiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu cirinya
adalah sikapnya yang tetap tenang. Ini adalah pengalaman paling mahal. Ini tanda
bahwa ia adalah pecinta akhirat. Sedangkan pecinta dunia, ketika ia ditimpa
ujian, ia akan panik, resah, putus asa dan berusaha mencari perlindungan kepada
sesuatu atau makhluk, bukan kepada Allah SWT.
Tidak jarang kita menemukan orang yang menjadikan dukun
atau tukang ramal sebagai tempat pelarian mereka saat ditimpa kesulitan atau
ujian hidup. Ia tunggang-langgang mencari pertolongan kepada sesama makhluk,
tetapi lupa pada Allah SWT Yang Mahamemberi Pertolongan.
Orang pencinta dunia akan sedemikian rupa meminta
pertolongan kepada makhluk. Padahal orang yang dimintai pertolongan pun dililit
banyak persoalan di dalam hidupnya. Ia tidak meminta pertolongan kepada Dzat
Yang memberinya kehidupan dan memberinya persoalan. Padahal Dialah Dzat Yang
kuasa memberikan jalan keluarnya. Dialah Allah SWT. [*]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar