Keangkeran Nusakambangan 4
Merdeka.com - Bentuknya seperti
biawak, berkaki empat, pemakan daging. Penciumannya tajam persis komodo.
Bedanya dengan dua hewan melata itu, kawuk berdiri, liar menyerang manusia.
Warga Solok Timur, Pangandaran, Jawa Barat, pantang menyimpan mayat di
rumahnya.
![]() |
Foto Google |
Solok secara wilayah masuk Nusakambangan, Jawa Tengah. Jika menyusuri melalui kapal nelayan bisa menghabiskan sekitar empat jam dari pesisir Cilacap. Tempatnya terisolasi dari kawasan pulau Alcatraz Indonesia itu. Akses tertutup dan medan sulit sebab jalan masih terbatas.
Heri, nelayan ikan sekaligus
pengantar wisatawan lokal atau mancanegara, membuktikan dengan mata kepalanya
sendiri. Gerombolan kawuk mengejar mayat temannya tewas di dekat perkampungan
Solok Timur.
Penerangan di Solok belum memadai. Jika malam tiba, genset mulai dioperasikan memasok listrik di desa paling selatan itu. Mengurai rasa penasarannya dengan sosok binatang pencari bangkai itu, dia harus melindungi teman sesama nelayan.
Penerangan di Solok belum memadai. Jika malam tiba, genset mulai dioperasikan memasok listrik di desa paling selatan itu. Mengurai rasa penasarannya dengan sosok binatang pencari bangkai itu, dia harus melindungi teman sesama nelayan.
"Sudah kemalaman, jenazah harus
dibawa ke kapal. Soalnya kawuk datang sekitar sepuluh ekor, kita semua
buru-buru bawa pergi," katanya kepada merdeka.com pekan lalu di atas kapal
miliknya, di Cilacap, Jawa Tengah.
Penduduk Solok sudah terbiasa sejak
matahari terbenam memilih berdiam diri rumah. "Kalau malam sudah jarang
keluar rumah. Bila keluar minimal harus bawa golok," ujar Heri.
Pulau seluas 21 ribu hektare itu
memang cukup nyaman menjadi habitat binatang liar: macan kumbang, macan tutul,
dan binatang melata. Konon pada 1990-an pernah dilepas setruk ular kobra di
Nusa Kambangan. "Sekarang sudah ratusan mungkin, beranak
pinak," tuturnya.
Heri mengatakan kondisi menakutkan
memang disebar di pulau penjara kelas kakap itu. Selain cerita mistis,
hewan-hewan jadi-jadian pun terekam oleh mata penduduk asli. "Ada juga
hewan berkepala anjing, berbadan manusia penuh bulu. Sebutannya aul," kata
Heri.
Saat itu temannya sedang menebang
pohon di tengah pulau. Menjelang sore sosok aul terlihat sekelebatan mata.
Bentuknya aneh, jalannya miring, kepala dan badannya terbalik. "Dia nggak
menyerang, jalan cepat langsung menghilang," ujarnya.
Aul diyakini sebagai seseorang sedang
menimba ilmu hitam. Sebelum ilmunya sempurna, orang itu berubah menjadi manusia
serigala dan kerap memangsa kambing.
Tak ada mengetahui awal ceritanya.
Kisah tak berujung seperti itu memang dibuat sengaja untuk menghindari
pengunjung luar memasuki Nusakambangan. Alam menyimpan rahasianya dengan
rapat. [fas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar