LEBAK - Batu Kalimaya menjadi
salah satu jenis batu yang cukup digemari oleh para penggemar atau pengkoleksi
batu mulia. Perpaduan aneka warna yang terkandung di dalam batu tersebut membuat
batu jenis ini memiliki daya tarik tersendiri. Batu mulia yang juga banyak
diburu oleh warga luar negeri ini ternyata ada di Lebak. Adalah Al Yahya Spa, warga
Kampung Kebon Kopi, Desa Parungsari, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak.
Ia merupakan sosok yang ramah dan santun. Dengan latar balakang pendidikan pesantren menjadikan kharisma agamisnya sangat menonjol. Dia merupakan salah satu yang yang selama ini konsen melestarikan Batu Kalimaya, yang merupakan batu mulia khas Kabupaten Lebak itu. Al Yahya mengaku, mulai suka dengan batu mulai yang memiliki warna-warni itu sejak usia 16 tahun selepas menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). “Saya mulai dikenalkan pada batu Kalimaya oleh kakek saya sejak duduk di SD, namun untuk mengenalnya lebih jauh selepas Tsanawiyah (MTs),” kata Yahya ditemui Banten Raya di kediamannya, belum lama ini.
Ia merupakan sosok yang ramah dan santun. Dengan latar balakang pendidikan pesantren menjadikan kharisma agamisnya sangat menonjol. Dia merupakan salah satu yang yang selama ini konsen melestarikan Batu Kalimaya, yang merupakan batu mulia khas Kabupaten Lebak itu. Al Yahya mengaku, mulai suka dengan batu mulai yang memiliki warna-warni itu sejak usia 16 tahun selepas menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). “Saya mulai dikenalkan pada batu Kalimaya oleh kakek saya sejak duduk di SD, namun untuk mengenalnya lebih jauh selepas Tsanawiyah (MTs),” kata Yahya ditemui Banten Raya di kediamannya, belum lama ini.
Berkunjung ke rumah Al Yahya di
Kampung Kebon Kopi, Desa Parungsari, Kecamatan Sajira yang berjarak kurang
lebih 10 kilometer (km) dari Kota Rangkasbitung, Minggu (25/5) lalu, Banten
Raya ditunjukkan berbagai koleksi Batu Kalimaya miliknya. Yahya pun mulai
menceritakan asal muasal ditemukannya Batu Kalimaya di sekitar tempat
tinggalnya itu. Berdasarkan cerita yang dengarnya, bahwa Batu Kalimaya di
Kecamatan Sajira pertama kali ditemukan oleh warga Belanda bernama Holmes, yang
mempunyai hektaran tanah di daerah tersebut. Ia memiliki tanah di daerah itu
karena menikah dengan salah seorang gadis setempat, yakni Hj Saribonan.
Tanahnya banyak disewakan kepada penduduk setempat untuk dijadikan sumber
pertambangan Batu Kalimaya.
Saat ini, terang Yahya,
keberadaan Batu Kalimaya yang berada di lima kecamatan, yakni Sajira, Maja,
Curug Bitung, Lebak Gedong dan Cimarga itu sudah jarang ditemukan oleh
penambang. Kondisi itu tidak lepas dari penambangan yang sudah berjalan
bertahun-tahun. “Saya sangat ingin sekali membuat sebuah galeri Kalimaya di
Kabupaten Lebak ini, karena saat ini pemasaran batu asli Lebak ini masih
dikuasai oleh orang diluar Lebak," ujarnya. Yahya juga mengaku bangga
dengan keberadaan Batu Kalimaya di Lebak. Pasalnya, Batu Kalimaya asal Lebak
itu mendapatkan predikat batu terindah dan terdahsyat se-Indonesia dalam kontes
batu mulia di DKI Jakarta, bulan lalu.
Yahya pun mengaku bangga campur
sedih. Bangganya, ternyata banyak media nasional, bahkan luar negeri yang ingin
mengabadikan batu mulia asal daerahnya yang dipamerkan di stan miliknya saat
itu. Dan kecewanya, karena pemerintah daerah dinilai kurang begitu menjadikan
Batu Kalimaya itu sebagai salah satu keunggulan dari Lebak. Oleh karena itu,
dengan susah payah serta kerja keras dirinya mengikutsertakan Batu Kalimaya
koleksinya dalam kompetisi dan pameran seni budaya batu mulia Indonesia yang
diadakan di DKI Jakarta, pada Maret 2014 lalu.
Yahya memberanikan diri untuk
mendaftarkan sebagai salah satu peserta dalam kontes yang diikuti seluruh
perwakilan daerah-daerah di Indonesia. Pada awalnya, dia mengaku merasa minder,
karena hanya dirinya saja yang tidak didampingi oleh pemerintah daerah. Namun,
dia mempunyai keyakinan bahwa Batu Kalimaya asli Lebak adalah yang terbaik,
karena Batu Kalimaya asal Lebak mempunyai karakteristik yang unik yang berbeda
dari batu mulia lainnya. “Alhamdulillah dengan keyakinan itulah, akhirnya
penghargaan batu mulia terdahsyat dan terindah bisa didapatkan dalam acara yang
dihadiri lebih dari 350 kolektor batu mulia se–Indonesia itu," ungkapnya.
Yahya juga menjelaskan bahwa
untuk mendapatkan Batu Kalimaya sangat penuh risiko. Bagaimana tidak, untuk
mendapatkan batu mulia yang memiliki aneka warna itu penambang hanya menggunakan peralatan
seadanya dan dengan cara tradisional. Para penambang harus menggali tanah
sampai di kedalaman 30 meter, yang hanya dilengkapi tambang dan bambu sebagai
tangga untuk naik turun ke dalam lubang untuk mendapatkan sebongkah Batu
Kalimaya. "Pencarian Batu Kalimaya dalam satu lubang tersebut seperti
perjudian, kadang ada dan terkadang tidak ada sama sekali, walaupun sudah
digali hingga puluhan meter. Dan itu sudah menjadi risiko kami,” kata Yahya.
Dia berharap, pemda memiliki
pasar tersendiri di Lebak, karena saat ini Kalimaya dikuasi oleh orang-orang
luar daerah. Untuk pemasaran dan permintaan Batu Kalimaya juga saat ini banyak
dilakukan melalui internet. “Kami berharap peran serta pemerintah dalam melestarikan
batu asli daerah ini, karena sampai saat ini kita masih jalan sendiri-sendiri
tanpa perhatian pemerintah,” pungkasnya. FADILAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar