Penampakan Kapal Misterius
di Pelabuhan Sunda Kelapa
Sejarah
Pelabuhan Sunda Kelapa kini merupakan pelabuhan bongkar muat barang, terutama
kayu dari Pulau Kalimantan.
Di sepanjang pelabuhan berjajar kapal-kapal phinisi atau
Bugis Schooner dengan bentuk khas, meruncing pada salah satu ujungnya dan
berwarna-warni pada badan kapal.
Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di ujung sebelah utara kota
Jakarta, di teluk Jakarta, atau tepatnya terletak di jalan Baruna Raya No. 2
Jakarta Utara, lebih kurang 8 Km sebelah barat pelabuhan laut Tanjung Priok.
Luas area pelabuhan Sunda Kelapa adalah 631.000 m2, sedangkan luas perairannya adalah 12.090.000 m2. Alur pelabuhannya sepanjang 2 mil dan lebar 100 m2 dibatasi dengan beton.
Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara. Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di
Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan SundaKelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada
tanggal 22 Juni 1527. Di
Pelabuhan Sunda Kelapa banyak penampakan hantu pelaut orang-orang Belanda dan
kapal zaman dulu. Lokasinya di ujung pelabuhan yang menjorok ke laut.
Pada malam bulan purnama kadang muncul kapal yang misterius. Kapal itu terlihat
bersandar di dermaga, kadang nampak berlayar di laut lepas, hanya terlihat
bayang-bayangnya.
Kisah Batavia kota hantu itu dulu pernah terjadi zaman VOC. Couperus, seorang pendatang dari Belanda, begitu turun dari kapal di pelabuhan Sunda Kalapa pada 1815 menyaksikan bahwa Batavia yang sebelumnya mendapat predikat "Ratu dari Timur" telah berubah menjadi kota hantu.
Kisah Batavia kota hantu itu dulu pernah terjadi zaman VOC. Couperus, seorang pendatang dari Belanda, begitu turun dari kapal di pelabuhan Sunda Kalapa pada 1815 menyaksikan bahwa Batavia yang sebelumnya mendapat predikat "Ratu dari Timur" telah berubah menjadi kota hantu.
Lalu
dia menjelajahi Princenstraat yang kini telah menjadi Jl. Cengkeh,
sebelah utara Kantor Pos, Jakarta Kota. Dia mendapati beberapa gedung di kota
tua telah dihancurkan rata dengan tanah termasuk Istana Gubernur Jenderal,
gedung yang cukup megah ketika itu.
Penghancuran itu dilakukan oleh Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels pada tahun 1808 ketika memindahkan pusat kota ke Weltevreden (Gambir dan Lapangan Banteng) yang jaraknya sekitar 15 km selatan kota tua.
Penghancuran itu dilakukan oleh Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels pada tahun 1808 ketika memindahkan pusat kota ke Weltevreden (Gambir dan Lapangan Banteng) yang jaraknya sekitar 15 km selatan kota tua.
Pemindahan
dilakukan karena pusat kota di tepi pantai itu telah menjadi sarang penyakit.
Ada yang menyebutkan "Kuburan" orang Belanda.
Sebelumnya
Princenstraat dengan jalannya yang memanjang merupakan daerah elite orang-orang
Belanda. Di sini terdapat gedung-gedung mewah yang merupakan bagian kota
Batavia yang paling indah. "Mereka membangun rumah-rumah di tepi parit dan
kanal Tigergrach (kanal harimau), berpagar tanaman rapi berupa pohon kenari di
kiri kanan, melebihi segala-galanya yang pernah saya lihat di Holland,"
kenangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar