Si Cerdik Dari Arab
Masjid Amr Bin Ash |
Jakarta - Amru bin Ash adalah anak dari seorang pemuka
Quraisy yang bernama Ash dan ibunya bernama Nabighah binti Harmalah. Ayahnya
pernah hidup di masa Islam namun dia tidak pernah memeluk Islam sampai akhir
hayatnya.
Amru bin Ash berprofesi sebagai pedagang sehingga dia
sempat menjelajah Mesir, Habasyah, dan Yaman. Dari perjalanan ini pula dia
mendapatkan banyak pengalaman, terutama pengalaman bermasyarakat serta mempelajari banyak budaya-budaya negara yang pernah disinggahi.
Dari pengalaman inilah juga dia menjadi seorang yang cakap, berwawasan luas serta intelektual di negeri Arab. Orang yang terkenal cakap, berwawasan luas dan intelektul selain Amru bin Ash adalah, Muawiyah bin Abu Sufiyan, dan Mughirah bin Syu'bah.
Beberapa sahabat Nabi yang taat tapi dia lemah oleh Nabi
diperintahkanya untuk berhijrah ke negeri Habasyah yang menganut agama Nasrani.
Negeri ini dipimpin oleh seorang Raja Negus yang sangat taat dan paham betul
dengan ajaran Agama Nasrani.
Sahabat nabi yang hijrah ke negeri ini untuk menghindar
dari kekejaman orang-orang Quraisy yang tidak suka dengan keimananya dan untuk
menjaga agamanya.
Maka ketika para pemuka Quraisy mendengar hijrahnya para
sahabat Nabi ke negeri Habasyah, spontan mereka marah dan kemudian menyuru Amru
Bin Ash untuk menjemputnya. Amru bin Ash kemudian menjemput kaum muslim yang
lemah itu ke ke negeri
Habasyah, dengan membawa hadiah yang sangat banyak untuk
dipersembahkan kepada Raja Negus agar Raja Negus mau mengembalikan kaum
muslimin ke negerinya. Terjadilah percakapan antara Amru dan Raja Negus. Sang
Raja berkata, "Kenapa kau tidak ikut agama baru yang dibawa
Muhammad?"
"Apakah demikian wahai baginda?"
"Memang benar demikian adanya, demi Allah!"
jawab Raja Negus.
Hal ini membuat Amru bin Ash terngiang-ngiang dalam
kepalanya ketika dia kembali pulang dengan tangan Hampa. Sampailah Amru bin Ash
di Mekah. Kemudian dia dan Khalid bin Walid datang menghadap Rasulullah untuk
menyatakan keislaman mereka.
Setelah Amru bin Ash masuk Islam, Rasulullah mengutusnya
untuk menyampaikan sepucuk surat ke penguasa Oman Jaifar bin Julanda dan
saudarana Abd bin Julanda. Surat itu berisikan ajakan kepada penguasa Oman
untuk memeluk Islam. Namun Amru bin Ash tahu bahwa Abd bin Julanda memiliki
sikap lemah lembut sehingga Abd lah yang dia temui dulu dan mengajaknya memeluk
Islam. Sehingga sampai keduanya memeluk Islam dan Amru bin Ash pun menetap di
Oman sampai wafatnya Rasulullah.
Pada masa Khalifah Abu Bakar, Amru bin Ash diutus untuk
menumpas kaum murtad di daerah Qudha'ah. Hasilnya, dia berhasil menumpas
orang-orang murtad di daerah tersebut.
Pembebasan Palestina
Amru bin Ash adalah salah satu prajurit yang ikut
berperan dalam futuhat Islamiyah (pembebasan berbagai negeri oleh pasukan
muslim). Pada saat pertempuran dengan Romawi, pertempuran pertama kali yang
dijalani Amru bin Ash adalah pembebasan Palestina termasuk Gaza, Nablus dan
Rafah. Selanjutnya Amru bin Ash bergerak menuju Ajnadain yang saat itu masih
dikuasai oleh Romawi. Pada sat itu gubernurnya adalah Artavon. Amru bin Ash dan
pasukan Muslimin berhasil mengepung
Ajnadain, sehingga Artavon tidak bisa bergerak sama
sekali walaupun dengan jalan diplomasi. Amru bin Ash bergerak sendirian dengan
menyamar sebagai utusan. Amru bin Ash menyampaikan maksudnya, di samping itu
juga dia menyimak ucapan Artavon baik-baik dan melihat kekuatanya. Namun
Artavon adalah Gubernur cerdik sehingga dia bisa mengetahui bahwa utusan yang
datang kepadanya pasti bukan orang biasa. Dia pasti seorang pemimpin atau juga
utusan yang sangat didengar oleh pemimpinnya. Maka Artavon menyuruh pengawalnya
untuk mencegat Amru.
Amru bin Ash tahu niat buruk Artavon maka kemudian dia
berkata kepada Artavon, "Aku telah mendengar informasi darimu dan
engkaupun juga mendengar dariku. Aku sangat kagum dengan pembicaraanmu. Aku ini
hanyalah 10 dari salah satu orang yang diutus oleh Umar bin Khatab kepada
penguasa negeri ini untuk mengepungnya hingga penguasa negeri ini mau
memberikan kondisinya. Oleh karena itu, aku pulang terlebih dahulu dan aku akan
ajak teman-temanku itu (untuk kesini lagi).
Maksudku, jika teman-temanku mengetahui sendiri sebagaimana yang aku lihat tentang kondisinya ini, tentu panglima kami dan para pasukan akan mengetahuinya. Tetapi jika teman-temanmu tidak mau melihatnya aku akan kembalikan mereka ke markas mereka, dan aku akan kembali lagi ke sini dan selanjutnya terserah kamu".
Maksudku, jika teman-temanku mengetahui sendiri sebagaimana yang aku lihat tentang kondisinya ini, tentu panglima kami dan para pasukan akan mengetahuinya. Tetapi jika teman-temanmu tidak mau melihatnya aku akan kembalikan mereka ke markas mereka, dan aku akan kembali lagi ke sini dan selanjutnya terserah kamu".
Artavon berkata "baiklah". Lalu menyuruh
pengawal yang dipanggilnya agar menyingkir. Artavon berkata kepada Amru,
"Pergilah dan kemudian datang lagi bersama teman-temanmu".
Ketika Romawi telah ditaklukan dan Artavon menjadi
tawanan dia baru tahu kalau utusan yang dulu datang kepadanya adalah panglima
perang Amru bin Ash.
Pembebasan Baitul Maqdish
Pada tahun 16 H, tepatnya pada bulan Rabiul Awal, Baitul
Maqdis berhasil dibebaskan oleh Amru bin Ash dari cengkeraman Romawi. Amru bin
Ash juga membebaskan Gaza dan Nablus. Amru bin Ash hendak menaklukan kota Elia,
Artavon menulis surat kepada Amru bin Ash dengan mengatakan "demi Allah,
Amru tidak akan bisa membebaskan suatu negeripun setelah Ajnadian."
Amru pun kemudian menulis surat kepada Khalifah Umar dengan
mengatakan,"Sungguh, aku menghadapi musuh yang amat licik dan kuat, dan
menghadapi negeri untuk anda taklukan. Bagaimana pendapat anda?"
Pembesar Mesir
Mesir adalah kota Fir'aun yang berpenduduk 10 juta Jiwa.
bukan hanya itu Mesir juga memiliki kesuburan alam yang luar biasa. Hal ini
yang membuat Amru bin Ash tertarik untuk menduduki Mesir. Namun keberanian Amru
bin Ash untuk menduduki Mesir dengan membawa pasukan Muslimin sebanyak kurang
dari 4.000 orang. Pertama kali tiba Amru di Arisy dan membebaskanya, kemudian
membebaskan Farma, lalu Dimyath, lalu melakukan pengepungan terhadap kota
Bilbis, pasukan Muslim mulai menyerang pasukan Bilbis dan menawan 1.000 orang.
Sedangkan sisanya melarikan diri berlindung kepada Raja Muqaquis. Amru bin Ash
dalam menghadapi Raja Muqaquis memilih lunak dengan membebaskan putri sang raja
yang tertawanya. Hal ini dilakukan untuk membuka diplomasi dengan Raja
Muqaquis.
Pengepungan Benteng Babylon
Benteng Babylon sangatlah kuat sehingga kekuatan benteng
itu masih bisa kita saksikan sampai abad ke-20. Pada waktu pengepungan benteng
itu, pasukan Muslim yang dipimpin Amru bin Ash hanya sebanyak 3.500 personil.
Hal ini dirasa tidak mungkin bisa menaklukan benteng sekuat itu, sehingga Amru
bin Ash meminta bantuan kepada Khalifah Umar agar menambah pasukan. Maka
dikirimlah sebanyak 12.000 personil yang di dalamnya ada Zubair bin Awwam. Amru
bin Ash langsung saja menyambut kedatangan pasukan ini dan kemudian sama-sama
menuju benteng untuk mengepungnya. Setelah berhasil menguasai benteng tersebut,
tentara Kristen-Koptik pun melarikan diri ke Gezirah (Jazirat Ar-Raudhah).
Pembebasan Alexandria
Selanjutnya, Amru bin Ash menulis surat kepada Khalifah
Umar agar memberi izin untuk melanjutkan ekspedisi pembebasan Iskandaria
(Alexandaria). Khalifah Umar memberi izin maka Amru bin Ash pun langsung
bergerak bersama pasukanya menuju Alexandaria. Di sana pasukan Romawi telah
berkumpul untuk menyambut kedatangan pasukan Muslimin. Pasukan muslimpun
melakukan pengepungan dan terjadi pertempuran yang berakhir dengan kemenangan
di pihak pasukan muslimin.
Pembebasan Zuwailah dan Tripoli
Setelah berhasil menaklukan Alexandaria Amru bin Ash
melanjutkan perjalanan ke Maroko. Ketika Amru bin Ash dan pasukannya sampai di
kota Riqqah, penduduk kota itu sepakat untuk membayar jizyah kepada kaum
muslim. Amru bin Ash dan pasukannya melanjutkan perjalanan ke Zuwailah dan
Tripoli. Saat di Tripoli, Khalifah Umar memberi perintah untuk menghentikan
ekspedisi. Sejak itulah Amru bin Ash kembali ke Fushat dan bermukim di sana.
Amru bin Ash kemudian membangun Masjid yang diberi nama Masjid Jami' Amru bin
Ash. Masjid ini pertama kali dibangun di Mesir.
Amru bin Ash diberhentikan
Di Mesir, Amru menjadi Gubenur pada masa Khalifah Umar
dan Usman namun ketika Khalifah Usman melihat perkembangan Mesir dengan
menghabiskan banyak dana sedangkan pajak yang diperoleh dari Mesir sangat
sedikit, maka Khilafah Usman memberhentikan Amru bin Ash sebagai Gubenur Mesir.
Hal ini membuat sangat kecewa hati Amru bin Ash.
Setelah wafatnya Khilafah Usman digantikan Khalifah Ali,
terjadilah persoalan di mana Gubenur Syam Muawiyah bin Abu Sufyan
memproklamirkan diri berdiri sendiri tidak di bawah Khalifah Ali di Madinah.
Amru bin Ash melihat ini sebagai peluang untuk menjalankan dua siasatnya.
Pertama, pada perang Siffin, dia mengangkat Mushaf di hadapan para pendukung
Ali.
Kedua, Amru bin Ash berhasil memperdaya Abu Musa
Al-Asy'ari dalam peristiwa tahkim yang saat itu Abu Musa Al-Asy'ari mendapatkan
kesempatan dahulu mencopot jabatan Khalifah dari Ali. Melihat Abu Musa
Al-Asy'ari mencopot jabatan Ali maka kemudian Amru bin Ash menyematkan jabatan
tersebut terhadap temannya Muawiyah bin Abu Sufyan.
Setelah kemenangan itu akhirnya Amru bin Ash diangkat
kembali oleh Muawiyah sebagai gubernur Mesir dan Amru bin Ash melanjutkan
kembali Masjid yang sempat dirobohkan oleh Khalifah Usman dan Ali.
( rmd / rmd
).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar