Foto Google |
Mengenai
asal-usul nama kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada di
Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada di sekitar ujung tanjung di
muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan.
Lama
kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang
strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang-orang yang ingin
berpergian ke hulu Sungai Silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung”
dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”
Foto Google |
Ditemukannya
Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan
berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja
pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah
pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620.
Dalam
catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yang
sejak raja pertama Sultan Abdu Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan
Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal
17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.
Pertumbuhan
dan perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee berdasarkan
Besluit G.G tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl 1917 No. 284, sebagai akibat
dibukanya perkebunan-perkebunan di Daerah Sumatera Timur termasuk Daerah Asahan
seperti H.A.P.M, SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka Kota
Tanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi
penting artinya perkembangan perekonomian Belanda.
Dengan
telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api
Medan-Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar
disalurkan atau dieksport melalui Kota Pelabuhan Tanjungbalai.
Untuk
memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor
dagangannya di Kota Tanjungbalai antara lain : Kantor KPM, Borsumeij dan
lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk Bangsa Eropa tinggal menetap di
Kota Tanjungbalai, Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai
dan karena jabatannya bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter
van den Gemeenteraad). Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten
Resident Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan.
Pada
waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G tanggal 27 Juni 1917 No.
284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan Bupati
Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang
dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga
menjadi seluas 200 Ha.
Dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No.
60 nama Hamintee Tanjungbalai diganti menjadi Kota Kecil Tanjungbalai dan
jabatan Walikota Terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan Surat Mentri Dalam
Negeri tanggal 18 September 1956 No. UP 15/2/3. Selanjutnya dengan UU No. 1
Tahun 1957 nama Kota Kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.
Sementara
itu tercatat pula 15 Kepala Daerah yang pernah memimpin Kota Tanjungbalai sejak
tahun 1946 sampai sekarang yaitu :
- Abdullah Eteng (1946-1954)
- Rakoetta Sembiring (1954-1956)
- Dt. Edwarsyah Syamsura (1956-1958)
- Wan Asmayuddin (1958-1960)
- Zainal Abidin (1960-1965)
- Syaiful Alamsyah (1965-1967)
- Anwar Idris (1967-1970)
- Patuan Naga Nasution (1970-1975)
- H. Bahrum Damanik (1975-1980)
- Drs. H. Ibrahim Gani (1980-1985)
- Ir. H. Marsyal Hutagalung (1985-1990)
- H. Bachta Nizar Lubis, SH (1990-1995)
- Drs. H. Abdul Muis Dalimunthe (1995-2000)
- Dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.OG (2000-2005), dan* Dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.OG (2005-2011),
- Drs. H. Thamrin Munthe, M.Hum sebagai Wakil Walikota
- Drs. H. Thamrin Munthe, (2011- sampai dengan sekarang) dan Rolel Harahap Sebagai wakil walikota.
Dari
tahun ke tahun Kota Tanjungbalai terus berkembang, para pendatang dari berbagai
tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian menetap di Tanjungbalai,
sehingga kota ini telah menjadi kota yang berpenduduk padat.
Sebelum
kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 Ha(2 Km2) menjadi 60 Km2. Kota ini
pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih
kurang 40.000 dengan kepadatan penduduk ± 20.000 jiwa/km2. Akhirnya Kota
Tanjungbalai diperluas menjadi lebih kurang 60 Km2 dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan Batas
Wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan.
Berdasarkan
SK Gubsu No. 146.1/3372/SK/1993 tanggal 28 Oktober 1993 desa dan kelurahan
telah dimekarkan menjadi bertambah 5 desa dan 7 kelurahan persiapan sehingga
menjadi 19 desa dan 11 kelurahan di Kota Tanjungbalai, dan berdasarkan Perda
No. 23 Tahun 2001 seluruh desa yang ada telah berubah status menjadi 30
kelurahan.
Dengan
keluarnya Perda Kota Tanjungbalai No. 4 Tahun 2005, tanggal 4 Agustus 2005
tentang pembentukan Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Perda No. 3 Tahun 2006,
tanggal 22 Pebruari 2006 tentang pembentukan Kelurahan Pantai Johor, maka
wilayah Kota Tanjungbalai menjadi 6 kecamatan dan 31 kelurahan, adapun
kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut :
- Kecamatan Datuk Bandar
- Kecamatan Datuk Bandar Timur
- Kecamatan Tanjungbalai Selatan
- Kecamatan Tanjungbalai Utara
- Kecamatan Sei Tualang Raso
- Kecamatan Teluk Nibung
Kota
Tanjungbalai terletak di antara 2058’ LU dan 99048’ BT, dengan luas wilayah
60,529 KM2 (6.052,9 Ha) berada dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan
batas-batas sebagai berikut :
o Sebelah Selatan dengan Kecamatan
Simpang Empat
o Sebelah Utara dengan Kecamatan
Tanjungbalai
o Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei
Kepayang
o Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang
Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar